Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Kamis, 23 Oktober 2008

Anak Kampung Menggapai Cita Cita


Suasana haru menyelimuti kedua orang tuaku. Hingar bingar ucapan selamat deras terucap beribu bibir manis. "Selamat, Mas. Udah di wisuda. Udah jadi sarjana, Rikza Saifullah, STP." Ucap teman-teman masku, Rikza.

Sungguh perjuangan yang sangat panjang. Selama enam tahun lebih, masku berjuang mewujudkan cita-citanya. Bukan hanya cita-citanya pribadi, tapi cita-cita umi dan ayah. Cita-cita mbak ida, mas anang, aku sendiri Adi, dek imas, dan cita-cita warga Santren tercinta. Umumnya juga cita-cita Kota Jombang.

Aku masih teringat ketika lima hari mas Rikza sebelum berangkat masuk IPB. Aku ingat apa yang diomongin dia ke aku ketika di tegal. Ketika itu aku dan keluarga sedang memanen terung hijau. Aku masih ingat betul waktu itu.

Mas Rikza dengan nada serak bilang, "Dek doakan mas jadi kuliah di IPB. Soalnya sampai sekarang ayah belum ada dana untuk bayar pendaftaran uang pertama masuk IPB. Ya kalau mas nggak bisa ke IPB mungkin mas nganggur dulu. Tapi nggak mungkin, masak mas jadi sampah keluarga. Tapi kalo mas kerja, mas juga bingung kerja apa. Mas nggak punya keahlian khusus."

Akupun jadi miris dengan keadaan. Terus terang, waktu itu keadaan ekonomi keluarga lagi turun drastis, bahkan sampai sekarang. Aku hanya bisa bilang beberapa kalimat ke masku. "Ya gimana lagi tho mas. Ayah juga udah banting tulang to biaya pean (kamu), tapi hasilnya nihil. Ini panenan (hasil) tanam terung yang seharusnya jadi modal, tambah hancur banget harganya. Pean juga tau, harga Rp 100,- per-kilogram emangnya bisa dibuat apa? Tapi mas nggak usah putus asa. Kalo emang itu rejeki pean, aku yakin Allah itu Kaya."

Kamipun terdiam sesaat, aku yakin, mas Rikza sangat terpukul sekali kalo memang nggak jadi kuliah ke IPB lantaran nggak punya biaya.

Pas hari-H. Tepatnya pagi hari, kabar gembira datang. Tapi juga bisa dibilang kabar buruk. Kabarnya, mas Rikza akhirnya bisa kuliah. Semua biaya sudah lunas. Meski biaya itu hasil pinjaman ayah ke-pak lek. Tapi semua yakin, biaya itu akan barakah.

buktinya sekarang. Dengan kekurangan di mana-mana, akhirnya mas Rikza bisa lulus dengan baik. Meski tidak ada predikat dalam kelulusannya, tapi aku yakin, di antara banyaknya wisudawan, mas Rikza lah yang benar-benar seorang mahasiswa.

Enam tahun bukan waktu yang singkat. Selama enam tahun itulah mas Rikza hidup mandiri. Sebuah pembuktian bahwa anak kampung yang bisa hidup di manapun. Selama enam tahun itulah seorang Rikza menjadi Aktivis nasional. Selama enam tahun itulah ilmu yang tidak akan dimiliki mahasiswa lain, meski dia mendapat predikat summa cumlaude. Karena selama itulah mas Rikza merasakan pahit getirnya perjuangan hidup di Kampus.

Dan kemarin, 22 Oktober 2008, Mas Rikza Saifullah, Putra dari Saiful Bahri dan Siti Rahmah, Pemuda Kampung, Berhasil membawa Cita-cita luhur. Aku juga ingat ketika aku bertanya pada mas Rikza, "mengapa sih mas Rikza ko milih IPB. Padahalkan mas Rikza bisa milih ITB?"

Jawaban ringan tapi penuh dengan pertimbangan keluar dari bibir seorang Rikza. "Aku nggak ingin melihat petani-petani di Indonesia bernasip seperti ayah. Aku ingin para petani bisa makmur. Aku akan membuktikan, bahwa aku anak seorang petani bisa meningkatkan derajat petani."

Aku juga nggak sengaja pernah membaca buku harian mas Rikza. "Aku nggak akan berhenti untuk menggapai cita-cita. Aku harus bisa jadi menteri pertanian, kalau bisa presiden sekalian." Itulah kalimat yang pernah aku baca di buku harian SMA mas Rikza yang warnanya hitam. Aku ingat, buku itu penuh sekali dengan gambar-gambar semacam strategi-strategi perang dan gambar-gambar origami pesawat.

Itulah seorang Rikza, dambaan keluarga. Orang yang bisa membuat ayahku menangis terharu. Aku lihat dengan mataku sendiri ayah menangis ketika mas Rikza diwisuda. Dan aku mendengar sendiri umi berkata, "Umi nggak kuat berdiri, umi lemas sekali ketika melihat mas kamu diwisuda, Adi."

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

wibiya widget

 

Mengenai Saya

PetaMasaDepan
I am [Adi Dzikrullah Bahri] a student of Faculty of Forestry [Major Silviculture, Forest Fire Minor] Bogor Agricultural University. Daily activities but study is as President PetaMasaDepan Development Manager. Hubungi saya di facebook: petamasadepan [at] yahoo [dot] com.
Lihat profil lengkapku

Networkedblogs

My Album